Jumat, 28 Desember 2012

Stay positive!

Komunikasi Antar Pribadi dengan Atasan dan Bawahan


Tujuan komunikasi adalah berhubungan dan mengajak dengan orang lain untuk mengerti apa yang kita sampaikan dalam mencapai tujuan. Berkomunikasi berarti kita berusaha untuk mencapai kesamaan makna, melalui komunikasi kita mencoba berbagi informasi, gagasan atau sikap kita dengan partisipan lainnya. Kendala utama dalam berkomunikasi adalah seringkali kita mempunyai makna yang berbeda terhadap hal yang sama, itu karena setiap individu memiliki persepsi yang berbeda.

Di dalam organisasi atau perusahaan tersebut biasanya selalu terdapat bentuk kepemimpinan yang merupakan masalah penting untuk kelangsungan berjalannya suatu organisasi atau perusahaan , yang terdiri dari pimpinan dan karyawan atau anggota . Di antara kedua belah pihak harus terjalin two way communications atau komunikasi dua arah atau komunikasi timbal balik . Bila sasaran komunikasi dapat diterapkan di dalam suatu organisasi atau perusahaan, maka sasaran yang ditujupun akan beraneka ragam tetapi tujuan utamanya tentulah untuk mempersatukan individu – individu yang tergabung di dalam organisasi atau perusahaan tersebut .

Cara – cara komunikasi yang dapat dilakukan :

1. Downward Communications

Downward Communications adalah komunikasi yang berlangsung ketika orang-orang yang berada pada tataran manajemen mengirimkan pesan kepada bawahannya. Fungsi arus komunikasi dari atas ke bawah ini adalah:

  • Pemberian atau penyimpanan instruksi kerja (job instruction)
  • Penjelasan dari pimpinan tentang mengapa suatu tugas perlu untuk dilaksanakan (job retionnale)
  • Penyampaian informasi mengenai peraturan-peraturan yang berlaku (procedures and practices)
  • Pemberian motivasi kepada karyawan untuk bekerja lebih baik.

2. Upward Communication

Upward Communication adalah komunikasi yang terjadi ketika bawahan (subordinate) mengirim pesan kepada atasannya. Fungsi arus komunikasi dari bawah ke atas ini adalah:

  • Penyampaian informai tentang pekerjaan pekerjaan ataupun tugas yang sudah dilaksanakan
  • Penyampaian informasi tentang persoalan-persoalan pekerjaan ataupun tugas yang tidak dapat diselesaikan oleh bawahan
  • Penyampaian saran-saran perbaikan dari bawahan
  • Penyampaian keluhan dari bawahan tentang dirinya sendiri maupun pekerjaannya.

3. Horizontal Communication

Horizontal Communication adalah tindak komunikasi ini berlangsung di antara para karyawan ataupun bagian yang memiliki kedudukan yang setara. Fungsi arus komunikasi horisontal ini adalah:

  • Memperbaiki koordinasi tugas
  • Upaya pemecahan masalah
  • Saling berbagi informasi
  • Upaya pemecahan konflik
  • Membina hubungan melalui kegiatan bersama

Di dalam suatu organisasi atau perusahaan , sangat diperlukan komunikasi yang efektif demi kelancaran berjalannya kegiatan organisasi perusahaan. Yang dimaksud dengan komunikasi yang efektif adalah komunikasi yang efektif dan tepat sasaran. Dalam komunikasi tersebut, efektifitas komunikasi diukur dari adanya keterbukaan antara pihak yang melakukan komunikasi, saling mendukung antara pihak yang melakukan komunikasi , bersikap positif, saling memahami antara pihak yang saling melakukan komunikasi, kesetaraan antara pihak yang melakukan komunikasi . Membuat forum komunikasi yang reguler dan intensif serta terntunya ada message yang ingin dicapai dengan diaadakannnya forum komunikasi tersebut. Dan buatlah dengan forum komunikasi ini dengan kegiatan – kegiatan dan cara yang menarik.

Definitely true...

Konsep Marketing Mix untuk Industri Jasa


       
          Menurut Kotler dan Armstrong (1997) yang menyatakan bahwa "Marketing mix as the set of controllable marketing variables that the firm bleads toproduce the response it wants in the target market”. Dalam arti lain bauran marketing merupakan cara bagaimana produk tersebut dibuat dengan tepat pada market yang tepat dengan harga yang tepat, proses distribusi yang tepat, dan waktu yang tepat. Konsep ini merupakan konsep dasar dalam marketing yang juga dikenal dengan nama Indonesia “Bauran Pemasaran”. Pada awalnya, marketing mix terdiri dari 4 komponen utama yakni product, price, place, and promotion (4P). Seperti teori dan konsep dalam dunia pendidikan lainnya, marketing mix ini juga mengalami penambahan kompenen dari 4P menjadi 7P. Tambahan (extended) komponen ini dibuat untuk memudahkan proses analisisnya pada bidang jasa melalui komponen people, process and physical evidence. Terlepas dari semua teori yang ada di buku-buku pemasaran saat ini, pemahaman hijau dan sederhana saya tentang marketing mix (4P + 3P) adalah sebagai berikut :

1.       PRODUCT

               Konsep produk yang paling utama adalah bagaimana produk yang ditawarkan dapat memenuhi kebutuhan, harapan/ekspektasi, dan juga willingness to pay dari konsumen dalam kerangka produk sebagai customers solution. Untuk mewujudkan ini semua, diperlukan produk yang berkualitas sebagai modal dasar dalam memenangi persaingan (quality speaks itself).

2.       PRICE

                  Dalam dunia akuntansi, harga merupakan turunan dari biaya dan juga keuntungan yang diinginkan sehingga secara tidak langsung dapat diartikan bahwa harga berbanding lurus dengan kualitas. Melalui konsep sesederhana inilah mobil-mobil keluaran eropa cenderung mempunyai harga diatas mobil-mobil dari jepang. Hal ini tidaklah mengherankan karena paling tidak mobil eropa unggul dalam dua hal dibandingkan mobil jepang yakni dari aspek lutionkenyamanan dan keamanan (price speak quality). Namun saat ini kita juga dibuat terkaget-kaget dengan sepak terjang produk cina di pasaran. Hampir semua jenis/kategori produk berhasil dimasuki oleh produk cina. Pada Produsen cina sangat jeli melihat peluang bisnis yang belum tergarap sempurna namun sangat prospektif dari segi jumlah permintaan (demand). Mereka pada awalnya sangat meyakini bahwa pada dasarnya market low end masih “terbuka menganga” dan saat ini belum banyak (bisa dikatakan tidak ada) yang mengakomodir. 

           Contoh kasus yang paling dekat adalah di Industri telepon genggam (handphone). Lihatlah bagaimana produk handphone cina sudah sangat “megang” pasar di Indonesia. Merek-merek kenamaan yang sudah mapan seperti Nokia, blackberry, sony, apple-iphone dibuat ketar-ketir dengan penetrasi pasar produk cina. Ketika pemain besar mengeluarkan item produk baru dengan suatu fitur unggulan, maka dapat di pastikan handphone cina akan mengeluarkan hal yang serupa (mirip) dengan harga sampai setengahnya dalam hitungan hari/minggu. Coba kita amati dengan seksama bagaimana handphone cina ini sudah punya fitur chat layaknya blackberry, penampilan slim, touch screen  dan dalam desain tablet layaknya produk keluaran apple. Jadi kesimpulannya, harga tinggi ataupun harga rendah sama-sama applicable tergatung market yang hendak dibidik

3.       PLACE

             Place dalam konteks ini lebih mengarah kepada ketersediaan dan penempatan produk. Ibarat pepatah mengatakan “posisi menentukan prestasi”, maka komponen place menjadi sesuatu yang juga sangat vital. Dengan semakin berkembangnya teknologi, akses konsumen terhadap suatu barang tidak lagi dibatasi oleh ruang dan waktu. Saat ini banyak ditemui penjual yang menawarkan barangnya tidak melalui toko konvensional namun sudah secara online di dunia maya. Aksesibiliti yang semakin baik terhadap dunia IT menyebabkan transformasi besar terhadap bagaimana dan dimana barang dijual serta bagaimana cara konsumen mengakses dan melakukan pemesanan.

4.       PROMOTION

                In line dengan poin no 3, promosi untuk barang/jasa saat ini sudah sangat berubah dibandingkan 10-20 tahun yang lalu. Survey membuktikan bahwa saat ini sebagai besar konsumen menghabiskan lebih dari 12 jam/hari didepan internet melalui berbagai macam sarana seperti smart phone, netbook, ipad, tablet, dll sehingga banyak penjual maupun perusahaan periklanan yang mulai merambah dunia maya agar memperoleh perhatian yang lebih besar dari konsumen yang mereka bidik. Saat ini hampir semua penjual atau produsen menyadari adanya transformasi informasi yang dapat menekan biaya promosi untuk barang/jasa. Sarana yang paling banyak digunakan adalah melalui “opensource”. Kita bisa lihat bagaimana promosi begitu gencarnya di ranah public yang sifatnya opensource seperti facebook, twitter,skype, dll

5.       PEOPLE

                 Dengan semakin banyaknya jumlah produk/jasa dengan spesifikasi yang hampir mirip dipasaran, diperlukan personal touch dari pihak penjual/perusahaan dalam membina hubungan dengan konsumennya. Semua ini harus dilakukan karena make your customer satisfied is not enough, we need to make them delightful. Dengan tidak berimbangnya supply dibandingkan demand, maka bisnis saat ini sudah seperti “tukang jahit” dimana penjual/perusahaan harus mengidentifikasi secara detail kebutuhan setiap konsumen (minimal per segmennya). Untuk mewujudkan ini semua diperlukan karyawan yang berkualitas yang pastinya juga dilahirkan dari sebuah sistem yang baik (recruiting, training, motivation, rewards, teamwork, and education training)

6.       PROCESS

          “Output” yang baik sealu diperoleh dari “proses” yang baik pula. Inti dari konsep ini adalah bagaimana perusahaan mendapatkan customer dengan memperhatikan beberapa aspek penting seperti efektivitas & efisiensi aktivitas perusahaan, standarisasi yang jelas dari suatu produk,proses penciptaan keunikan dari suatu barang, dll.

7.       PHYSICAL EVIDENCE

          Dengan semakin ketatnya persaingan yang ditandainya dengan banyaknya alternatif akan suatu barang, penjual/perusahaan harus mampu meyakinkan konsumen lewat penampilan luar (outfit). Hal ini dirasakan logis sebab konsumen pun dalam hal ini tidak mempunyai cukup waktu untuk menganalisis dan menentukan suatu pilihan barang/jasa. Beberapa langkah yang dapat dilakukan oleh penjual/perusahaan dalam hal ini adalah benchmarking yang sempurna terhadap satu  Inti dari kosep ini adalah bagaimana perusahaan meyakinkan konsumen, antara lain dengan facility design, equipment, employee dress, business card, dll. Hasil yang ingin dicapai dalam hal ini adalah memenangi hati/pilihan konsumen dalam waktu yang terbatas (good first impression)


           Berdasarkan 7 unsur tersebut jika dibandingkan penerapannya antara industri jasa dengan industri barang jelas berbeda. Jika kita membeli suatu barang yang kita tahu kuliatas barang tersebut, apa brand-nya sesuai dengan gaya hidup kita, apa barang tersebut tahan lama, apa harganya sesuai dengan kantong kita, tanpa memperdulikan siapa, bagaimana, kapan orang tersebut membuat barang itu. Yang market tahu adalah kepuasan mendapatkan barang sesuai yang konsumen butuhkan. Berbeda halnya jika dalam industri jasa, konsumen ingin mendapatkan lebih dari sekedar produk yang didapat. Mereka ingin mendapatkan sebuah jasa disamping produk yang mereka dapatkan, adanya kepuasan pelayanan saat produk tersebut sampai di tangan konsumen, bagaimana cara meyakinkan bahwa produk yang ditawarkan adalah produk terbaik diantara pesaingnya, bagaimana pemberi jasa mengerti apa yg dibutuhkan konsumen sehingga bisa memperbaharui produk dan jasa yang lebih baik lagi. Ditambah adanya perhatian terhadap orang yang memberikan pelayanan (jasa nama) kepada konsumen.

Keep it in your mind!

AIDA (Attention, Interest, Desire, Action)


AIDA merupakan suatu singkatan yang sering digunakan dalam dunia pemasaran dan periklanan, yang menggambarkan tahapan-tahapan keadaan atau respon seorang konsumen terhadap suatu produk. AIDA adalah singkatan dari Attention, Interest, Desire, dan Action.
·         A – Attention (Perhatian / Kesadaran):
Tahap menarik perhatian konsumen terhadap suatu produk yang ditawarkan.
·         I – Interest (Ketertarikan)
Tahap meningkatkan ketertarikan konsumen. Biasanya  dengan menjelaskan manfaat / keuntungan dari produk tersebut.
·         D – Desire (Keinginan / Hasrat)
Tahap meyakinkan konsumen agar mereka ingin memiliki produk atau jasa yang ditawarkan, sesuai dengan kebutuhan mereka.
·         A – Action (Aksi)
Tahap mengarahkan konsumen agar mengambil aksi dalam keputusan pembelian.

Lalu AIDA mulai berkembang menjadi AIDCAS (Attention, Interest, Desire, Confidence, Action, Satisfaction).
·         C – Confidence (Kepercayaan / Keyakinan)
Tahap meyakinkan konsumen agar konsumen tersebut percaya terhadap produk atau jasa yang ditawarkan sesuai dengan kebutuhan mereka.
·         S – Satisfaction (Kepuasan)
Tahap memuaskan konsumen sehingga mereka menjadi pelanggan dan memberikan arahan / masukan terhadap produk tersebut.

Kemudian, dikelompokan menjadi 3 tahap yaitu CAB (Cognition, Affect, Behavior).
·         C – Cognition (Kognisi) meliputi Awareness (Kesadaran) dan Learning (Pengetahuan).
·         A – Affect (Pengaruh) meliputi Feeling (Perasaan), Interest (Ketertarikan), dan Desire (Keinginan)
·         B – Behavior (Perilaku) meliputi Action (Aksi).

Setelah itu, berkembang lagi dan lahirlah teori yang dinamakan TIREA (Thought, Interest, Risk, Engagement, Action)
·         T –Thought (Pemikiran)
·         I – Interest (Ketertarikan) meliputi Desire(Keinginan)
·         R – Risk (Resiko) meliputi Evaluation (Evaluasi)
·      E – Engagement (Perjanjian): sebuah respon emosional ketika ketertarikan dan keinginan melebihi   resiko.
·     A – Action (Aksi): sebuah respon fisik untuk memperoleh sesuatu yang diinginkan dan bersedia menanggung resiko.

Pendekatan Perilaku Konsumen


Dalam ilmu ekonomi, perilaku konsumen merupakan hal yang penting untuk dipelajari. Kita bisa melihat ke sekitar kita bahwa begitu banyak konsumen yang sangat loyal terhadap suatu produk, namun ada juga konsumen yang tidak loyal pada merek tertentu. Asal fungsinya sama, mereka akan menggunakannya. Konsumen yang loyal terhadap suatu produk tertentu biasanya ia telah mempunyai persepsi dan ekspektasi terhadap produk tersebut.

Menurut Vincent Gasperz, ada beberapa faktor yang mempengaruhi persepsi dan ekspektasi konsumen, yaitu:
* Kebutuhan dan keinginan konsumen terhadap suatu produk berbanding lurus dengan persepsi dan ekspektasinya.
* Pengalaman masa lalu terhadap produk yang sama atau produk lain yang berfungsi sama.
*  Pengalaman dari teman yang pernah mengkonsumsi suatu produk sebelum anda.
* Komunikasi iklan dan pemasaran yang dibuat oleh produsen untuk merubah persepsi dan ekspektasi anda.
*  Konsumen biasanya menginginkan produk yang memiliki karakteristik lebih murah, lebih cepat, dan lebih baik.
*   Lebih murah dalam artian bahwa konsumen akan lebih tertarik karena faktor harga yang merupakan pertimbangan paling penting dalam melakukan pembelian.  
*  Lebih cepat berarti bahwa konsumen menginginkan produk yang mudah didapat serta ada di mana saja.
* Lebih baik yang berarti konsumen mempertimbangkan juga aspek kualitas yang dimiliki oleh suatu produk.

Pengeluaran konsumen untuk proses konsumsi suatu produk dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut:
     1.     Selera atau keinginan konsumen terhadap suatu produk.
     2.    Tingkat pendapatan yang diterima oleh konsumen.
     3.    Kebiasaan dan gaya hidup konsumen itu sendiri.
     4.    Lingkungan tempat tinggal dimana konsumen itu berada.
     5.    Proses distribusi suatu produk kepada konsumen.

Pendekatan Kardinal

Pendekatan nilai guna (Utility) Kardinal atau sering disebut dengan teori nilai subyektif : dianggap manfaat atau kenikmatan yang diperoleh seorang konsumen dapat dinyatakan secara kuantitif / dapat diukur, dimana keseimbangan konsumen dalam memaksimumkan kepuasan atas konsumsi berbagai macam barang, dilihat dari seberapa besar uang yang dikeluarkan untuk membeli unit tambahan dari berbagai jenis barang akan memberikan nilai guna marginal yang sama besarnya. Oleh karena itu keseimbangan konsumen dapat dicari dengan pendekatan kuantitatif.
Para ahli ekonomi mempercayai bahwa utility merupakan ukuran kebahagian. Utility dianggap bahwa ukuraan kemampauan barang / jasa untuk memuaskan kabutuhan. Besar kecilnya utility yang dicapai konsumen tergantung dari jenis barang atau jasa dan jumlah barang atau jasa yang dikonsumsi. Sehingga dapat ditunjukan oleh fungsi sebagai berikut :
U = f ( X1, X2, X3………, Xn )
U : besar kecilnya kepuasan:
X : jenis dan jumlah barang yang dikonsumsi.
Besar kecilnya kepuasan yang diperoleh konsumen tergantung pada jenis dan jumlah barang atau jasa yang dikonsumsi.

Pendekatan Ordinal

Pendekatan nilai guna ordinal atau sering juga disebut analisis Kurva indeference : manfaat yang diperoleh masyarakat dari mengkonsumsikan barang-barang tidak kuantitif / tidak dapat diukur. Pendakatan ini muncul karena adanya keterbatasan – keterbatasan yang ada pada pendekatan cardinal, meskipun bukan berarti pendekatan cardinal tidak memiliki kelebihan.

Konsep Elastisitas

Konsep Elastisitas Harga
Elastisitas harga permintaan adalah derajat kepekaan/ respon jumlah permintaan akibat perubahan harga barang tersebut atau dengan kata lain merupakan perbadingan daripada persentasi perubahan jumlah barang yang diminta dengan prosentase perubahan pada harga di pasar, sesuai dengan hukum permintaan, dimana jika harga naik, maka kuantitas barang turun dan sebaliknya.
Sedangkan tanda elastisitas selalu negatif, karena sifat hubungan yang berlawanan tadi, maka disepakati bahwa elastisitas harga ini benar indeksnya/koefisiennya dapat kurang dair, dama dengan lebih besar dari satu Dan merupakan angka mutlak (absolute), sehingga permintaannya dapat dikatakan :
1. Tidak elastisitas (in elastic)
2. Unitari (unity) dan
3. Elastis (elastic)

Konsep Elastisitas Silang
Permintaan konsumen terhadap suatu barang tidak hanya tergantung pada harga barang tersebut. Tetapi juga pada preferensi konsumen, harga barang subsitusi dan komplementer Dan juga pendapatan. Para ahli ekonomi mencoba mengukur respon/reaksi permintaan terhadap harga yang berhubungan dengan barang tersebut, disebut dengan elastisitas silang (Cross Price Elasticity of demand).
Perubahan harga suatu barang akan mengakibatkan pergeseran permintaan kepada produk lain, maka elastisitas silang (Exy) adalah merupakan persentase perubahan permintaan dari barang X dibagi dengan persentase perubahan harga dari barang Y.
Apabila hubungan kedua barang tersebut (X dan Y) bersifat komplementer (pelengkap) terhadap barang lain itu, maka tanda elastisitas silangnya adalah negatif, misalnya kenaikan harga tinta akan mengakibatkan penurunan permintaan terhadap pena.
Apabila barang lain tersebut bersifat substitusi (pengganti) maka tanda elastisitas silangnya adalah positif, misalnya kenaikan harga daging ayam akan mengakibatkan kenaikan jumlah permintaan terhadap daging sapi Dan sebaliknya.

Konsep Elastisitas Pendapatan
Suatu perubahan (peningkatan/penurunan) daripada pendapatan konsumer akan berpengaruh terhadap permintaan berbagai barang, besarnya pengaruh perobahan tersebut diukur dengan apa yang disebut elastisitas pendapatan.
Apabila yang terjadi adalah kenaikkan pendapatan yang berakibatkan naiknya jumlah barang yang diminta, maka tanda elastisitas tersebut adalah positif dan barang yang diminta sebut barang normal atau superior.
Bila kenaikan dalam pendapatan tersebut berakibat berkurangnya jumlah suatu barang yang diminta, maka tanda elastisitas terhadap barang tersebut adalah negatif dan barang ini disebut dengan barang inferior atau giffen.

Kamis, 27 Desember 2012

So, just dont...

Etika Bisnis

Etika Bisnis merupakan cara untuk melakukan kegiatan bisnis, yang mencakup seluruh aspek yang berkaitan dengan individu, perusahaan, industri dan juga masyarakat. Kesemuanya ini mencakup bagaimana kita menjalankan bisnis secara adil, sesuai dengan hukum yang berlaku, dan tidak tergantung pada kedudukan individu ataupun perusahaan di masyarakat.

Sedangkan sumber lain mengatakan bahwa Etika bisnis merupakan studi yang dikhususkan mengenai moral yang benar dan salah. Studi ini berkonsentrasi pada standar moral sebagaimana diterapkan dalam kebijakan, institusi, dan perilaku bisnis. Etika bisnis merupakan studi standar formal dan bagaimana standar itu diterapkan ke dalam system dan organisasi yang digunakan masyarakat modern untuk memproduksi dan mendistribusikan barang dan jasa dan diterapkan kepada orang-orang yang ada di dalam organisasi. Etika bisnis lebih luas dari ketentuan yang diatur oleh hukum, bahkan merupakan standar yang lebih tinggi dibandingkan standar minimal ketentuan hukum, karena dalam kegiatan bisnis seringkali kita temukan wilayah abu-abu yang tidak diatur oleh ketentuan hukum.

Etika bisnis dalam perusahaan memiliki peran yang sangat penting, yaitu untuk membentuk suatu perusahaan yang kokoh dan memiliki daya saing yang tinggi serta mempunyai kemampuan menciptakan nilai (value-creation) yang tinggi, diperlukan suatu landasan yang kokoh. Biasanya dimulai dari perencanaan strategis , organisasi yang baik, sistem prosedur yang transparan didukung oleh budaya perusahaan yang andal serta etika perusahaan yang dilaksanakan secara konsisten dan konsekuen.

Haruslah diyakini bahwa pada dasarnya praktek etika bisnis akan selalu menguntungkan perusahaan baik untuk jangka menengah maupun jangka panjang, karena :

  • Mampu mengurangi biaya akibat dicegahnya kemungkinan terjadinya friksi, baik intern perusahaan maupun dengan eksternal.
  • Mampu meningkatkan motivasi pekerja.
  • Melindungi prinsip kebebasan berniaga
  • Mampu meningkatkan keunggulan bersaing.
Perusahaan yang menjunjung tinggi nilai-nilai etika bisnis, pada umumnya termasuk perusahaan yang memiliki peringkat kepuasan bekerja yang tinggi pula, terutama apabila perusahaan tidak mentolerir tindakan yang tidak etis, misalnya diskriminasi dalam sistem remunerasi atau jenjang karier. Perlu dipahami, karyawan yang berkualitas adalah aset yang paling berharga bagi perusahaan. Oleh karena itu, perusahaan harus semaksimal mungkin harus mempertahankan karyawannya. Untuk memudahkan penerapan etika perusahaan dalam kegiatan sehari-hari maka nilai-nilai yang terkandung dalam etika bisnis harus dituangkan kedalam manajemen korporasi yakni dengan cara :
  • Menuangkan etika bisnis dalam suatu kode etik (code of conduct)
  • Memperkuat sistem pengawasan
  • Menyelenggarakan pelatihan (training) untuk karyawan secara terus menerus.

Ask yourself...

Prinsip Etika Bisnis


Menurut salah satu sumber yang penulis kutip ada lima prinsip etika bisnis menurut Keraf (1994:71-75) diantaranya adalah :

1. Prinsip Otonomi. 
Otonomi adalah sikap dan kemampuan manusia untuk bertindak berdasarkan kesadarannya sendiri. Bertindak secara otonom mengandaikan adanya kebebasan mengambil keputusan dan bertindak menurut keputusan itu. Otonomi juga mengandaikan adanya tanggung jawab. Dalam dunia bisnis, tanggung jawab seseorang meliputi tanggung jawab terhadap dirinya sendiri, pemilik perusahaan, konsumen, pemerintah, dan masyarakat.

2. Prinsip Kejujuran. 
Prinsip kejujuran meliputi pemenuhan syarat-syarat perjanjian atau kontrak, mutu barang atau jasa yang ditawarkan, dan hubungan kerja dalam perusahaan. Prinsip ini paling problematik karena masih banyak pelaku bisnis melakukan penipuan.

3. Prinsip Tidak Berbuat Jahat dan Berbuat Baik. 
Prinsip ini mengarahkan agar kita secara aktif dan maksimal berbuat baik atau menguntungkan orang lain, dan apabila hal itu tidak bisa dilakukan, kita minimal tidak melakukan sesuatu yang merugikan orang lain atau mitra bisnis.

4. Prinsip Keadilan. 
Prinsip ini menuntut agar kita memberikan apa yang menjadi hak seseorang di mana prestasi dibalas dengan kontra prestasi yang sama nilainya.

5. Prinsip Hormat Pada Diri Sendiri
Prinsip ini mengarahkan agar kita memperlakukan seseorang sebagaimana kita ingin diperlakukan dan tidak akan memperlakukan orang lain sebagaimana kita tidak ingin diperlakukan.

Selain itu juga ada beberapa nilai – nilai etika bisnis yang dinilai oleh Adiwarman Karim, Presiden Direktur Karim Business Consulting, seharusnya jangan dilanggar, yaitu :

  • Kejujuran - Banyak orang beranggapan bisnis merupakan kegiatan tipu-menipu demi mendapat keuntungan. Ini jelas keliru. Sesungguhnya kejujuran merupakan salah satu kunci keberhasilan berbisnis. Bahkan, termasuk unsur penting untuk bertahan di tengah persaingan bisnis
  • Keadilan - Perlakukan setiap orang sesuai haknya. Misalnya, berikan upah kepada karyawan sesuai standar serta jangan pelit memberi bonus saat perusahaan mendapatkan keuntungan lebih. Terapkan juga keadilan saat menentukan harga, misalnya dengan tidak mengambil untung yang merugikan konsumen.
  • Rendah Hati - Jangan lakukan bisnis dengan kesombongan. Misalnya, dalam mempromosikan produk dengan cara berlebihan, apalagi sampai menjatuhkan produk bersaing, entah melalui gambar maupun tulisan. Pada akhirnya, konsumen memiliki kemampuan untuk melakukan penilaian atas kredibilitas sebuah poduk/jasa. Apalagi, tidak sedikit masyarakat yang percaya bahwa sesuatu yang terlihat atau terdengar terlalu sempurna, pada kenyataannya justru sering kali terbukti buruk.
  • Simpatik - Kelola emosi. Tampilkan wajah ramah dan simpatik. Bukan hanya di depan klien atau konsumen anda, tetapi juga di hadapan orang-orang yang mendukung bisnis anda, seperti karyawan, sekretaris dan lain-lain.
  • Kecerdasan - Diperlukan kecerdasan atau kepandaian untuk menjalankan strategi bisnis sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku, sehingga menghasilkan keuntungan yang memadai. Dengan kecerdasan pula seorang pebisnis mampu mewaspadai dan menghindari berbagai macam bentuk kejahatan non-etis yang mungkin dilancarkan oleh lawan-lawan bisnisnya.
  • Lakukan dengan cara yang baik, lebih baik atau dipandang baik - Sebagai pebisnis, anda jangan mematok diri pada aturan-aturan yang berlaku. Perhatikan juga norma, budaya atau agama di tempat anda membuka bisnis. Suatu cara yang dianggap baik di suatu negara atau daerah, belum tentu cocok dan sesuai untuk di terapkan di negara atau daerah lain. Hal ini penting kalau ingin usaha berjalan tanpa ada gangguan.

...and there is no fulfillment to be found in building a business that is less than you are capable of creating!

Tingkatan Etika Bisnis


Weiss(1995:9) mengutip pendapat Carroll( 1989) membahas lima tingkatan etika bisnis, yaitu individual, organisasional, asosiasi, masyarakat, dan internasional.

1. Tingkat individual, menyangkut apakah seseorang akan berbohong mengenai rekening pengeluaran, mengatakan rekan sejawat sedang sakit karena tidak ada di tempat kerja, menerima suap, mengikuti saran teman sekerja sekalipun melampaui perintah atasan. Jika masalah etis hanya terbatas pada tanggung jawab individual, maka seseorang harus memeriksa motif dan standar etikanya sebelum mengambil keputusan.

2. Tingkat organisasional, masalah etis muncul apabila seseorang atau kelompok orang ditekan untuk mengabaikan atau memaafkan kesalahan yang dilakukan oleh sejawat demi kepentingan keharmonisan perusahaan atau jika seorang karyawan disuruh melakukan perbuatan yang tidak sah demi keuntungan unit kerjanya.

3. Tingkat asosiasi, seorang akuntan, penasihat,dokter, dan konsultan manajer harus melihat anggaran dasar atau kode etik organisasi profresinya sebagai pedoman sebelum ia memberikan saran pada kliennya.

4. Tingkat masyarakat, hukum, norma, kebiasaan dan tradisi menentukan perbuatan yang dapat diterima secara sah. Ketentuan ini tidak mesti berlaku sama di semua negara. Oleh karena itu, kita perlu berkonsultasi dengan orang atau badan yang dapat dipercaya sebelum melakukan kegiatan bisnis di negara lain.

5. Tingkat internasional, masalah-msalah etis menjadi lebih rumit untuk dipecahkan karena faktor nilai-nilai dan budaya, politik dan agama ikut berperan. Oleh karena itu, konstitusi, hukum, dan kebiasaan perlu dipahami dengan baik sebelum seesorang mengambil keputusan.

Namun sumber lain mengatakan bahwa etika bisnis memiliki 4 level / tingkatan yang perlu diperhatikan dalam kegiatan suatu perusahaan. Dibawah ini merupakan 4 level / tingkatan dalam Etika Bisnis menurut Prof. R. Edward Freeman (1993).

1. Tingkat hubungan dalam masyarakat.
 Dalam tingkat ini menuntut kepada perusahaan bagaimana ia menmpatkan dirinya dalam berhubungan dengan institusi sosial yang ada. Hal ini menjadi penting dalam upaya menjadikan kegiatan bisnis sebagai suatu kegiatan yang menciptakan “nilai tambah”.
2. Tingkat Stakeholders.
 Perusahan harus mengetahui siapa yang menjadi stakeholder nya dan setelah itu harus dipahami bagaimana hubungan itu terjadi dan apa yang mempengaruhi hubungan itu.
3. Tingkat kebijakan dalam perusahaan dalam berhubungan dengan karyawan
4. Tingkat personal.
Pada posisi ini menerangkan bagaimana masing-masing karyawan berusaha bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama.

Membangun Etika Bisnis dan Bisnis yang Beretika


Etika sebagai rambu-rambu dalam suatu kelompok masyarakat akan dapat membimbing dan mengingatkan anggotanya kepada suatu tindakan yang terpuji (good conduct) yang harus selalu dipatuhi dan dilaksanakan. Etika di dalam bisnis sudah tentu harus disepakati oleh orang-orang yang berada dalam kelompok bisnis serta kelompok yang terkait lainnya.

Dalam menciptakan etika bisnis, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara lain ialah:

1. Pengendalian diri
Etika bisnis yang “etis” dimana pelaku bisnis maupun pihak yang terkait mampu mengendalikan diri untuk tidak memperoleh apapun dari siapapun dan dalam bentuk apapun. Tidak melakukan tindakan atau perbuatan curang ataupun menekan pihak lain.

2. Pengembangan tanggung jawab sosial (social responsibility)
Pelaku bisnis disini dituntut untuk peduli dengan keadaan masyarakat, bukan hanya dalam bentuk "uang" dengan jalan memberikan sumbangan, melainkan lebih kompleks lagi. Dalam keadaan excess demand pelaku bisnis juga harus mampu mengembangkan dan memanifestasikan sikap tanggung jawab terhadap masyarakat sekitarnya.

3. Mempertahankan jati diri dan tidak mudah untuk terombang-ambing oleh pesatnya perkembangan informasi dan teknologi
Dapat memanfaatkan perkembangan informasi dan teknologi,untuk meningkatkan kepedulian bagi golongan yang lemah dan tidak kehilangan budaya yang dimiliki akibat adanya tranformasi informasi dan teknologi.

4. Menciptakan persaingan yang sehat
Persaingan dalam dunia bisnis perlu untuk meningkatkan efisiensi dan kualitas, tetapi persaingan tersebut tidak mematikan yang lemah, dan sebaliknya, harus terdapat jalinan yang erat antara pelaku bisnis besar dan golongan menengah kebawah, sehingga dengan perkembangannya perusahaan besar mampu memberikan spread effect terhadap perkembangan sekitarnya.

5. Menerapkan konsep “pembangunan berkelanjutan"
Dunia bisnis seharusnya tidak memikirkan keuntungan hanya pada saat sekarang, tetapi perlu memikirkan bagaimana dengan keadaan dimasa mendatang. Berdasarkan ini jelas pelaku bisnis dituntut tidak meng-"ekspoitasi" lingkungan dan keadaan saat sekarang semaksimal mungkin tanpa mempertimbangkan lingkungan dan keadaan dimasa datang walaupun saat sekarang merupakan kesempatan untuk memperoleh keuntungan besar.

6. Menghindari sifat 5K (Katabelece, Kongkalikong, Koneksi, Kolusi dan Komisi)
Jika pelaku bisnis sudah mampu menghindari sikap seperti ini, kita yakin tidak akan terjadi lagi apa yang dinamakan dengan korupsi, manipulasi dan segala bentuk permainan curang dalam dunia bisnis ataupun berbagai kasus yang mencemarkan nama bangsa dan negara.

7. Mampu menyatakan yang benar itu benar
Artinya, kalau pelaku bisnis itu memang tidak wajar untuk menerima kredit (sebagai contoh) karena persyaratan tidak bisa dipenuhi, jangan menggunakan "katabelece" dari "koneksi" serta melakukan "kongkalikong" dengan data yang salah. Juga jangan memaksa diri untuk mengadakan “kolusi" serta memberikan "komisi" kepada pihak yang terkait.

8. Menumbuhkan sikap saling percaya antara golongan pengusaha kuat dan golongan pengusaha kebawah
Untuk menciptakan kondisi bisnis yang "kondusif" harus ada saling percaya (trust) antara golongan pengusaha kuat dengan golongan pengusaha lemah agar pengusaha lemah mampu berkembang bersama dengan pengusaha lainnya yang sudah besar dan mapan.

9. Konsekuen dan konsisten dengan aturan main yang telah disepakati bersama
Semua konsep etika bisnis yang telah ditentukan tidak akan dapat terlaksana apabila setiap orang tidak mau konsekuen dan konsisten dengan etika tersebut.

10. Menumbuhkembangkan kesadaran dan rasa memiliki terhadap apa yang telah disepakati
Jika etika ini telah memiliki oleh semua pihak, jelas semua memberikan suatu ketentraman dan kenyamanan dalam berbisnis.

11. Perlu adanya sebagian etika bisnis yang dituangkan dalam suatu hukum positif 
Yang berupa peraturan perundang-undangan Hal ini untuk menjamin kepastian hukum dari etika bisnis tersebut, seperti "proteksi" terhadap pengusaha lemah.

Selasa, 04 Desember 2012


THIS!!!

Tips : Bagaimana memilih lokasi usaha/toko



Untuk sebagian orang yang sudah lama menekuni usaha retail terutama, pemilihan lokasi mungkin bukan hal yang terlalu sulit, akan tetapi buat yang baru mau terjun pertama kali membuka toko biasanya pemilihan lokasi akan sangat hati-hati penuh pertimbangan, ragu bahkan saking lamanya berpikir, tiba2 malah keduluan di ambil orang atau bahkan mungkin kalah duluan dengan pesaing kita.

Bagaimana sih sebaiknya memilih lokasi toko/distro, faktor2 apa saja yang perlu di perhatikan dalam menentukan lokasi toko. Pengalaman saya sendiri pribadi dalam menentukan lokasi distro,tidak semua tepat, ada yang salah bahkan ada juga dalam waktu 8 bulan ada yang langsung saya tutup karena sepi pengunjung.

1. Dekat dengan target market. 

Pastikan siapa target market produk anda, apakah utk kalangan tertentu, umur tertentu 
Atau mungkin lebih spesifik lagi. Satu nilai tambah untuk toko anda, bisa menjangkau market lebih dekat, sehingga customer lebih mudah untuk mengunjungi,lebih hemat waktu serta biaya bagi customer.

2. Gampang terlihat ( viewable )

Bisnis retail, apalagi distro fashion lokasi yg strategis dan gampang di lihat, akan sangat memudahkan menarik customer dan meminimalisir biaya promosi (pengenalan lokasi misalnya)
Apalagi ditambah dengan papan nama/signage yg mencolok, unik sekaligus eye catching.

3. Traffic

Arus lalu lalang orang atau kendaraan.. Untuk konsep toko atau distro yang menganut konsep Independent Store. ( Berdiri sendiri di luar komplek pertokoan, pusat perbelanjaan, mall ). Kepadatan traffic akan berpengaruh terhadap pengunjung toko.

4. Akses

Penting juga di perhatikan arus lalu lintas apakah satu arah atau dua arah, apakah letak toko kita ada pada sisi arah orang pulang beraktifitas atau arah berangkat orang beraktifitas. Bagaimana customer mudah mengakses menuju toko kita, apakah ada median jalan sehingga perlu memutar balik apabila menggunakan kendaraan.

5. Sharing area atau monopoli area

Pertimbangan pemilihan lokasi seperti ini, sama sama mempunyai resiko. 

Sharing area : 

Adalah lokasi yang kita pilh dengan alasan di lokasi tersebut sudah ada toko sejenis atau kompetitor, otomatis resiko memilih .lokasi seperti ini kita sudah siap utk berkompetisi dalam segala hal. Akan tetapi keuntungannya kita masuk di area yang sudah pasti ada market,tidak perlu mensurvei lagi, selain itu kita tidak perlu mengedukasi pasar lagi.

Monopoli area :

Kita memilih lokasi yang benar2 belum ada pesaing, dengan resiko kita harus mengeluarkan biaya ektra utk mempromosikan toko kita, perlu effort waktu dan biaya. Akan tetapi karena kita sendiri ada di area tersebut, maka kita akan lebih leluasa utk menetapkan harga, menikmati margin karena relatif tidak ada kompetitor.

6. Biaya sewa

Lokasi toko yang strategis otomatis mempunyai harga sewa yang tinggi. 
Bagaimana kalau selisih harganya dengan lokasi lain yang kurang strategis cukup besar ?? Sepanjang selisih harganya masih tercover dengan potensi yang akan di dapat, lebih baik memang memilih tempat yang strategis walaupun harga akuisisinya lebih mahal.

7. Legalitas 

Aspek legal wajib diperhatikan, jangan sampai mengabaikan hal ini, terlalu beresiko apabila kita sudah memutuskan memilih lokasi tetapi di kemudian hari bermasalah secara dalam hal perijinan, regulasi kawasan serta lingkungan sekitar.

8. Lingkungan sekitar

Jenis usaha di kanan kiri toko kita akan sedikit berpengaruh terhadap image dan tidak langsung mempengaruhi minat kunjungan customer. Contoh : distro akan lebih cocok di deretan usaha warnet, game, cafe terlalu memaksakan diri apabila samping distro ada bengkel motor, toko bangunan.

Terlepas dari hal hal tersebut di atas, faktor insting bisnis sedikit banyak akan sangat berpengaruh dalam hal memilih lokasi tempat usaha/toko. Semakin kita sering menjalaninya akan semakin mudah kita untuk memilih lokasi mana yang paling cocok, sehingga meminimalisir kerugian investasi di kemudian hari.

The Entrepreneurial Mindset


Disaat sekarang,persaingan sudah semakin ketat dan tidak ada jaminan bahwa Bisnis Anda akan terus berlanjut sampai ke masa depan – kecuali Anda benar benar mengusahakannya – . Pernah kah Anda membaca salah satu konsep “Zero Mind Process “ nya ESQ ? Saya rasa konsep ini sangat menarik dan bisa kita jadikan sebagai salah satu referensi tentang bagaimana “me-recharge” dan “membersihkan” kembali segala prasangka dan persepsi buruk yang selama ini bergelayut dibenak kita. Dan terkait dengan judul pembahasan kita kali ini, saya akan menyampaikan beberapa point penting dalam kaitannya dengan The Entrepreneurial Mindset :

Decision Making
Kita mulai point pertama dari “Pengambilan Keputusan“. Mengapa Saya tenpatkan ini di point pertama ? Saya percaya kalau segala sesuatu dimulai dari sebuah “keputusan” kecuali kalau memang hal tersebut terjadi secara insidentil dan bersifat  force major , Ambilah keputusan terbaik saat Anda hendak memulai Bisnis lalu konsistenlah dalam menerapkan tahapan-tahapan selanjutnya, sampai Bisnis Anda benar-benar bisa “beroperasi” dengan baik dan lancar.

Visions dan Goals
Salah satu kekuatan yang di anugrahkan Tuhan kepada ummat manusia adalah tentang kemampuan “memproyeksikan” sesuatu menjadi sebuah rumusan yang jelas dan menjadikannya sebuah sumber kekuatan untuk mewujudkannya kedalam realitas. Tentu saja Bisnis yang “kuat” didasari oleh Visi dan Tujuan yang jelas tentang apa,bagaimana dan kemana Bisnis ini akan berjalan.

Planning dan Organizing
Perencanaan merupakan salah satu hal yang cukup vital dalam siklus Management maupun Marketing itu sendiri. Perencanaan dapat diartikan sebagai sebuah langkah awal “pen-deklarasian” atas kebulatan tekad Anda dalam memulai Bisnis. Perencanaan sekaligus bisa menjadi sebuah tolok ukur untuk mengevaluasi kembali setelah Anda meng-eksekusi pasar dengan strategi pemasaran yang Anda terapkan. Ini juga berarti Perencanaan merupakan salah satu komponen tak terpisahkan dalam sebah kegiatan Bisnis.

Action Taking
Pernah dengar kalimat ini ? Do you plan your work? And  Do you work your plan? Kalimat Tanya yang cukup “mengena” bagi kita yang kadang tidak konsisten dalam menjalankan tahapan tahapan rencana yang sudah kita buat dan kita formulasikan sebelumnya.

Discipline
Kalau point satu ini, saya tidak akan bahas secara melebar. Apa yang hendak saya sampaikan adalah bahwa Disiplin benar-benar menjadi “kunci” penentu sebarapa berhasilnya point-point yang kita bahas di atas. Tingkat disipin berbanding lurus dengan kemungkinan pencapaian keberhasilan Bisnis Anda . Itu artinya Disipilin adalah salah satu hal serius yang harus Anda jaga konsistensi dan performanya.

Persistence
Saya agak kesulitan menemukan padanan kata dalam bahasa Indonesia untuk mewakili “Persistence” ini. Namun inti dari point ini adalah tentang bagaimana seorang Pebisnis benar-benar memiliki mental “Juara” sejati yang akan terus maju tak peduli ada halangan apapun didepannya. Dalam kondisi ekonomi yang bagaimanapun akan selalu ada kemungkinan untuk “merebut hati” pasar dan meneguk keuntungan – meski tidak selalu keuntungan finansial. Sebagai kalimat penutup ada baiknya kita simak salah satu kalimat yang sangat powerful dan bisa menambah motivasi agar terus maju dan berkembang dalam setiap Bisnis yang kita kelola :

"Making money is art and working is art . But, good business is the best art."

Definitely true...

Komponen Konseptual


Ilmu komunikasi merupakan ilmu pengetahuan sosial yang bersifat multidisipliner, maka defenisi-defenisi mengenai komunikasi menjadi sangat beragam. Setiap defenisi memiliki penekanan arti, cakupan dan konteks yang berbeda satu sama lainnya.

Terdapat 126 defenisi komunikasi yang dapat dikumpulkan oleh Frank E.X. Dance, semuanya setelah dirangkum dapat dikategorikan manjadi 15 komponen konseptual. Yaitu:


  1. Simbol/verbal/ujaran, komunikasi adalah pertukaran pikiran atau gagasan secara verbal. (Hoben, 1954)
  2. Pengertian/pemahaman, proses di mana kita memahami dan dipahami orang lain. Komunikasi merupakan proses yang dinamis dan secara konstan berubah sesuai dengan situasi yang berlaku. (Anderson, 1959)
  3. Interaksi/hubungan/proses sosial. Interaksi adalah perwujudan komunikasi. Tanpa komunikasi tidak akan terjadi interaksi. (Mead, 1963)
  4. Pengurangan rasa ketidakpastian. Komunikasi timbul didorong oleh kebutuhan-kebutuhan untuk mengurangi ketidakpastian, bertindak secara efektif, mempertahankan atau memperkuat ego. (Burnland, 1964)
  5. Proses, komunikasi adalah proses penyampaian informasi, gagasan, emosi, keahlian, dll. melalui penggunaan simbol-simbol seperti kata-kata, gambar, angka dll.
  6. Pengalihan/penyampaian/pertukaran. Penggunaan kata komunikasi menunjuk pada pengalihan dari suatu benda atau orang ke benda atau orang lainnya menjadi bermakna. 
  7. Menghubungkan/menggabungkan. Komunikasi adalah proses yang menghubungkan satu bagian kehidupan dengan bagian lainnya.
  8. Kebersamaan. Komunikasi adalah proses yang membuat sesuatu yang semula dimiliki seseorang menjadi milik dua orang atau lebih.
  9. Saluran/jalur/alat. Komunikasi adalah alat pengirim pesan. Misalnya telegraph, telepon, radio, kurir, dll.
  10. Replikasi memori. Komunikasi adalah proses mengarahkan perhatian dengan menggugah ingatan.
  11. Tanggapan Diskriminatif, komunikasi adalah tanggapan pilihan atau terarah pada suatu stimulus.
  12. Stimuli, setiap tindakan komunikasi dipandang sebagai penyampaian informasi yang berisikan stimuli diskriminatif, dari suatu sumber terhadap penerima.
  13. Tujuan/kesengajaan, komunikasi pada dasarnya penyampaian pesan yang disengaja dari sumber terhadap penerima dengan tujuan mempengaruhi tingkah laku pihak penerima.
  14. Waktu/situasi, komunikasi merupakan suatu transisi dari suatu struktur keseluruhan situasi atau waktu sesuai pola yang diinginkan.
  15. Kekuasaan/kekuatan, komunikasi adalah suatu mekanisme yang memimbulkan kekuatan atau kekuasaan.

Kelima belas komponen konseptual tersebut di atas merupakan kerangka acuan yang dapat dijadikan dasar dalam menganalisis fenomena peristiwa komunikasi. Komponen-komponen tersebut baik secara tersendiri, secara gabungan atau secara keseluruhan dapat dijadikan sebagai fokus perhatian dalam penelitian.

Truth!

Komunikasi Tidak Efektif


Di dalam komunikasi selalu ada hambatan yang dapat mengganggu kelancaran jalannya proses komunikasi. Sehingga informasi dan gagasan yang disampaikan tidak dapat diterima dan dimengerti dengan jelas oleh penerima pesan atau receiver.

Menurut Ron Ludlow & Fergus Panton, ada hambatan-hambatan yang menyebabkan komunikasi tidak efektif yaitu adalah (1992,p.10-11) :

1. Status effect
Adanya perbedaaan pengaruh status sosial yang dimiliki setiap manusia.Misalnya karyawan dengan status sosial yang lebih rendah harus tunduk dan patuh apapun perintah yang diberikan atasan. Maka karyawan tersebut tidak dapat atau takut mengemukakan aspirasinya atau pendapatnya.

2. Semantic Problems
Faktor semantik menyangkut bahasa yang dipergunakan komunikator sebagai alat untuk menyalurkan pikiran dan perasaanya kepada komunikan. Demi kelancaran komunikasi seorang komunikator harus benar-benar memperhatikan gangguan sematis ini, sebab kesalahan pengucapan atau kesalahan dalam penulisan dapat menimbulkan salah pengertian (misunderstanding) atau penafsiran (misinterpretation) yang pada gilirannya bisa menimbulkan salah komunikasi (miscommunication). Misalnya kesalahan pengucapan bahasa dan salah penafsiran seperti contoh : pengucapan demonstrasi menjadi demokrasi, kedelai menjadi keledai dan lain-lain.

3. Perceptual distorsion
Perceptual distorsion dapat disebabkan karena perbedaan cara pandangan yang sempit pada diri sendiri dan perbedaaan cara berpikir serta cara mengerti yang sempit terhadap orang lain. Sehingga dalam komunikasi terjadi perbedaan persepsi dan wawasan atau cara pandang antara satu dengan yang lainnya.

4. Cultural Differences
Hambatan yang terjadi karena disebabkan adanya perbedaan kebudayaan, agama dan lingkungan sosial. Dalam suatu organisasi terdapat beberapa suku, ras, dan bahasa yang berbeda. Sehingga ada beberapa kata-kata yang memiliki arti berbeda di tiap suku. Seperti contoh : kata “jangan” dalam bahasa Indonesia artinya tidak boleh, tetapi orang suku jawa mengartikan kata tersebut suatu jenis makanan berupa sup.

5. Physical Distractions 
Hambatan ini disebabkan oleh gangguan lingkungan fisik terhadap proses berlangsungnya komunikasi. Contohnya : suara riuh orang-orang atau kebisingan, suara hujan atau petir, dan cahaya yang kurang jelas.

6. Poor Choice of Communication Channels
Adalah gangguan yang disebabkan pada media yang dipergunakan dalam melancarkan komunikasi. Contoh dalam kehidupan sehari-hari misalnya sambungan telephone yang terputus-putus, suara radio yang hilang dan muncul, gambar yang kabur pada pesawat televisi, huruf ketikan yang buram pada surat sehingga informasi tidak dapat ditangkap dan dimengerti dengan jelas.

7. No Feed back
Hambatan tersebut adalah seorang sender mengirimkan pesan kepada receiver tetapi tidak adanya respon dan tanggapan dari receiver maka yang terjadi adalah komunikasi satu arah yang sia-sia. Seperti contoh : Seorang manajer menerangkan suatu gagasan yang ditujukan kepada para karyawan, dalam penerapan gagasan tersebut para karyawan tidak memberikan tanggapan atau respon dengan kata lain tidak peduli dengan gagasan seorang manajer.

Gaya Komunikasi


Gaya komunikasi Anda adalah jendela untuk memahami bagaimana dunia memandang Anda sepenuhnya sebagai suatu kepribadian unik.  Hal ini akan mempengaruhi hubungan Anda, karir dan kesejahteraan emosional. Dengan memahami gaya komunikasi Akan memungkinkan Anda untuk bekerja pada aspek yang dapat dilihat sebagai sesuatu yang negatif.

Ada empat tipe dasar yang digunakan untuk menggambarkan gaya komunikasi seseorang :

1. Komunikasi Pasif

Anda tidak pernah membela diri sendiri,  jika Anda adalah seorang komunikator pasif. Jika Anda adalah seorang komunikator pasif, Anda akan menghindari untuk mengungkapkan pikiran, perasaan dan opininya. Ketika Anda mengekspresikan perasaan dirinya, anda sering dengan cara minta maaf yang terkadang diabaikan oleh orang lain. Bahkan sebagai komunikator pasif, Anda mengizinkan orang lain untuk mengambil keuntungan dari anda dengan melanggar hak-hak Anda. Akibatnya Anda merasa cemas, terjebak dan putus asa karena Anda berada di luar kendali hidup Anda. Anda mungkin membenci orang lain karena Anda tidak mendapatkan kebutuhan Anda terpenuhi dengan sempurna. Perilaku Anda membiarkan orang lain untuk mendominasi Anda, seperti dengan berbicara lembut dengan kontak mata terbatas dan menggunakan bahasa tubuh tunduk. Anda mungkin mengalami depresi dan kebingungan. Anda dapat menjadi komunikator yang lebih kuat dengan menegaskan diri Anda sendiri.  
Lebih jauh komunikator Pasif menghindari konfrontasi beresiko oleh karena mereka menghindari untuk mengekspresikan pendapat dan perasaan mereka secara terbuka. Pasif komunikator biasanya memiliki rasa minder dan memungkinkan orang lain untuk melanggar hak-hak mereka. Mereka cenderung berbicara lembut dan menunjukkan kontak mata miskin. Pasif komunikator sering merasa marah karena kebutuhan mereka tidak terpenuhi.

2. Agresif 

Jika Anda adalah seorang komunikator agresif, Anda tetap mempertahankan  diri sendiri dan hak-hak Anda secara langsung namun terkadang berprilaku tidak pantas. komunikasi verbal Anda ada kesan dapat melecehkan dan melanggar atas hak orang lain. Pribadi agresif juga berasal dari rasa rendah diri yang dilampiaskan dalam bentuk dominasi kekuasaan. Sebagaikomunikator agresif, Anda mencoba untuk mendominasi orang lain dan  mengancam, sering mengkritik, dan menyalahkan lemahnya orang lain untuk mendapatkan kekuasaan. bahasa tubuh Anda terlihat sombong, dan Anda cepat marah kalau tidak sesaui dengan keinginan anda. Sebagai hasilnya, Anda dijauhi  orang lain dan merasa lepas kendali. Anda tidak bisa mendapatkan kebutuhan Anda terpenuhi dengan cara yang sehat. Anda merasa orang lain berutang budi pada Anda atau menganggap orang lain lebih rendah. komunikasi Agresif melibatkan manipulasi. Seorang komunikator agresif mungkin mencoba untuk membuat orang lain melakukan apa yang mereka inginkan dengan menginduksi rasa bersalah atau menggunakan intimidasi. komunikator agresif tidak memperhitungkan perasaan orang lain dan sering berbicara dalam keras, menuntut suara. komunikator agresif sering mengganggu dan tidak mendengarkan dengan baik. Untuk menjadi komunikator yang lebih efektif, anda harus mengekspresikan diri secara langsung secara jujur ​​dan harus menghormati orang lain. 
       
3. Pasif-Agresif  

Jika Anda adalah seorang komunikator pasif-agresif, Anda tidak berhubungan langsung dengan masalah Anda. Anda tampaknya tidak memiliki masalah luar dengan orang lain, sedangkan secara tidak langsung mengekspresikan kemarahan Anda dan frustrasi. Sebagai komunikator pasif-agresif, Anda menggunakan sarkasme, penolakan dan bahasa tubuh membingungkan. Anda dapat mencoba untuk melemahkan atau bahkan sabotase orang lain. Akibatnya, Anda merasa tidak berdaya dan tidak efektif. Anda memiliki kesulitan memperoleh kepercayaan sejak lain tidak melihat Anda sebagai stabil atau mudah. Anda dapat meningkatkan efektivitas komunikasi Anda dengan langsung berurusan dengan masalah Anda. Komunikator Pasif-agresif menghindari konfrontasi langsung namun upaya untuk mendapatkan bahkan melalui manipulasi. Mereka sering merasa tidak berdaya dan kesal. Mereka sering mengatakan "ya" ketika mereka benar-benar ingin mengatakan "tidak." Pasif-agresif komunikator sering sarkastis dan berbicara unkindly tentang orang-orang di belakang punggung mereka. Mereka mungkin bergumam untuk diri mereka daripada menghadapi orang atau masalah.

4. Tegas 

Anda adalah komunikator yang kuat jika Anda tegas. Jika Anda adalah seorang komunikator tegas, Anda efektif menyatakan pikiran dan perasaan Anda secara jelas dan hormat. Anda menangani masalah Anda tanpa melanggar atau mengasingkan orang lain. Anda cenderung memiliki, sehat harga diri yang tinggi. Sebagai komunikator tegas, Anda menggunakan bahasa tubuh tenang, kontrol diri dan mendengarkan aktif. Akibatnya, Anda merasa memegang kendali dan lain-lain merasa betah dan terhubung dengan Anda. Anda menerima tanggung jawab untuk masalah Anda dan pilihan dan berdiri sendiri. Anda tidak mencoba untuk mengendalikan orang lain. komunikasi asertif adalah gaya disukai.  

Komunikasi asertif sering dianggap paling efektif dan sehat bentuk komunikasi. Bersikap tegas membantu sebuah keuntungan diri individu percaya diri dan harga diri, mendapatkan rasa hormat dari orang lain, menciptakan hubungan yang jujur ​​dan mendapatkan kepuasan lebih. komunikator asertif mengekspresikan kebutuhan mereka secara jelas. Mereka berusaha untuk menemukan solusi saling menguntungkan untuk masalah. Menjadi asertif berarti Anda bersedia untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan dan sadar akan hak orang lain. Dari gaya komunikasi diatas kira-kira anda masuk kategori mana?

Steve Jobs says do what you love...

Senin, 03 Desember 2012


Perspektif dalam Teori Komunikasi


Perspektif bisa diartikan sudut pandang atau cara pandang kita terhadap sesuatu. Cara memandang yang kita gunakan dalam mengamati kenyataan akan menentukan pengetahuan yang kita peroleh. Suatu perspektif tidak berlaku secara semena – mena.

Jadi, perspektif pada satu sisi menyerap benda itu sekaligus makna dari pengetahuan tentang benda itu dalam kerangka epistemologis. Perspektif selalu mendahului observasi kita. Kita bisa saja mengamati suatu peristiwa dengan pikiran kita yang terbuka dan netral, namun begitu kita harus mengobservasi suatu hal, kita akan melakukannya dengan cara tertentu.  

Nilai perspektif kita tidak terletak dalam nilai kebenarannya atau seberapa baik ia mencerminkan realitas yang ada. Semua perspektif yang dapat diperoleh adalah benar dan mencerminkan realitas, walaupun setiap perspektif pada tahap tertentu kurang lengkap serta didistorsi.

Jadi yang menjadi inti adalah upaya mencari perspektif yang dapat memberikan kepada kita konseptualisasi realitas yang paling bermanfaat bagi pencapaian tujuan kita. Istilah paradigma dari Kuhn diinterpretasikan begitu berbeda-beda sehingga mencegah penggunaannya secara netral. Simpulnya, pengunaan perspektif cukup tepat bagi ilmu komunikasi, salah satu alasannya dapat ditemukan pada apa yang dipaparkan oleh Fisher.

Fisher mengungkapkan bahwa : “...Bilamana seseorang mengamati peristiwa komunikasi, orang tidah memandang apakah orang itu yakin pada teori komunikasi tertentu atau memegang teguh proposisi aksiomatis tertentu dalam benaknya. Yang terlihat olehnya adalah bahwa orang tadi membuat gerakan dan suara tertentu. Relevansi atau arti pentingnya dari gerakan dan suara itu merupakan produk dari konsep yang dipergunakan untuk memahami peristiwa komunikatif tersebut. Konsep itu menentukan apa yang relevan dalam peristiwa tadi ; dan dalam pengertian ini maka apa yang tidak dicakup oleh orang tadi, dicakup oleh konsep tadi dan dinyatakan sebagai hal yang tidak relevan”  (Fisher, 1990:89)

Pengukuran dan bebas nilai, yang khas perspektif posotivisme, berarti mengakurkan teori pada realitas sambil menyatakan bahwa apa yang ditemukan adalah apa adanya, tanpa intervensi dari subyek pengamat. Menggunakan perspektif berarti menyadari bahwa suatu pemahaman selalu dibangun oleh kait kelindan antara apa yang diamati dan apa yang menjadi konsep pengamatan.

Konsekuensi dari penggunaan perspektif adalah kearifan untuk menyatakan bahwa apa yang kita ketahui sekarang bukanlah kebenaran mutlak, melainkan hanya pemahaman yang diciptakan manusia. Dan karena pemahaman kita adalah produk kemanusiaan, maka ia tunduk para perubahan konseptual sebagaimana secara historis kita telah mengubah konsep dan perspektif untuk menciptakan pemahaman kita ini.
Penggunaan perspektif dapat mengimbangi keberubahan fakta sosial yang terus berubah itu.

Konsekuensi lain adalah bahwa kita sebenarnya tidak menemukan realitas, melainkan “menciptakan” realitas..soalnya, ketika kita melakukan penelitian saat itu kita mengamati sesuatu “dengan cara tertentu”. Mau tidak mau terpaksa kita mengorganisasikan pengamatan dan persepsi kita serta tidak dapat menghindarkan diri dari mengorganisasikannya.

Bagaimana seseorang seharusnya menggunakan pelbagai perspektif komunikasi manusia?haruskah kita berusaha mempergunakan semua perspektif secara bersamaan?

Fisher (1990:439) mengungkapkan kembali, “Sudah tentu tidaklah mungkin – secara konseptual ajeg. Penggunaan perpektif yang paling nyata haruslah secara sadar tanggap pada perspektif  yang dipakai, apa implikasinya, dan keman ia mengarahkan kita. Kita harus tanggap pada pertanyaan apa yang dapat ditanyakan dan karenanya dapat dijawab dalam rangka perspektif itu. Kita perlu mengetahui pertanyaan-pertanyaan apa yang tidak dapat dipertanyakan, dan karenanya juga tidak dapat dijawab. Kita perlu mengetahui apa yang seharusnya kita ketahui dan bagaimana menggunakan perspektif yang paling tepat untuk membawa kita pada pengetahuan / pamahaman itu.”

Tiga perspektif ontologi dan epistemologi :

1.      Realisme
      Beranggapan bahwa benda-benda atau objek yang diamati sebagai apa adanya, telah berdiri disana secara benar, tanpa campur tangan ide dari pengamat. Konsekuensinya nilai kepercayaan, emosi dan apapu yang dimiliki oleh diri subjek pengamat dilarang untuk terlibat ketika mengamati sesuatu.
2.      Nominalis
      Menganggap bahwa dunia sosial adalah eksternal pada persepsi individu, tersusun tidak lebih dari sekedar nama, konsep dan label yang digunakan untuk membuat struktur realitas. Seorang subjektifis, secara epistemologis meyakini bahwa dunia sosial pada dasarnya adalah relatif dan hanya bisa dipahami dari sudut pandang individu yang terlibat langsung dalam aktifitas yang dipelajari.
3.   Konstruksionis
      Konstruktivisme mengatakan bahwa kita tidak pernah dapat mengerti realitas yang sesungguhnya secara ontologis. Yang kita mengerti adalah struktur konstruksi kita akan suatu objek. Konstruksivisme tidak bertujuan mengerti realitas tetapi lebih hendak melihat bagaimana kita menjadi tahu akan sesuatu.
       
Bagaimana halnya dengan kebenaran?

Bagaimana orang tahu bahwa pengetahuan yang kita konstruksikan itu benar, bagi kaum konstruktivis, kebenaran diletakkan pada viabilitas yaitu kemampuan suatu konsep atau pengetahuan dalam beroperasi.  perspektif yang berkembang pada ilmu komunikasi sebenarnya sangat beragam, namun pada buku ini akan dibatasi pada perspektif yang bersangkut paut dengan penelitian.

Perspektif itu meliputi positivisme, post-positivisme, interpretif, konstruksivisme, dan teori kritis.

Positivisme.
Ilmu harus memiliki pandangan dunia posotivis sebagai berikut :Menurut Bungin (2005 : 31-32) bahwa :
  1. Objektif, teori tentang semesta haruslah bebas nilai. 
  2. Fenomenalisme, ilmu pengetahuan hanya bicara tentang semesta yang teramati, substansi metafisis yang diandalkan berada dibelakang gejala penampakan yang disingkirkan. 
  3. Reduksionisme, semesta direduksi menjadi fakta-fakta yang keras dan dapat diamati. 
  4. Naturalisme, alam semesta adalah objek-objek yang bergerak secara mekanis seperti bekerjanya jam
  5. Kritik awal bersifat memperbaiki kesalahan positivisme, kritik ini menggunakan metode positivisme. Karena itu perspektif ini disebut post-positivisme.
  6. Post berarti sesudah/ retakan dari apa yang sebelumnya.
  7. Paradigma post-positivis disebut realisme kritis yang berarti paham tentang realitas yang menyakini bahwa ilmu pengetahuan dapat mempelajari realitas secara mandiri.

Post-positivisme
Empat macam paradigma post-positivisme :
  1. Post-positivisme rasional yang menggunakan paradigma kuantitatif dan metodologi kuantitatif statistik : empirik analitik tetapi membuat payung berupa grand concept agar data empirik sensual dapat dimaknai dalam cakupannya yang lebih luas.
  2. Post-positivisme fenomenologi – interpretif adalah teori post postivisme kritis yang menggunakan paradigma kualitatif, membuat telaah holistik, mencari esensi dan mengimplisitkan nilai moral dalam observasi, analisis dan pembuatan kesimpulan.
  3. Post-postivisme teori kritis dengan weltan schauung yang berangkat dari gugatan atas ketidakadilan kemudian pandangan dunia dapat dikembangkan dengan weltan schauung tertentu.
  4. Post-positivisme konstruksivisme, kostruksivis menolak objektivitas ala positivisme yang mengakui adanya fakta dan adanya empirik sedangkan konstruktivis berpendapat bahwa ada pemaknaan tentang kenyataan diluar diri yang dikonstruksi.

Kritis
Pendekatan teori kritis mirip dengan post-positivisme yang mencari makna dibalik empirik serta menolak bebas nilai. Pendekatan ini mempunyai komitmen yang tinggi kepada tata sosial yang lebih adil.  Dua asumsi yang menjadi landasan : 
  1. Ilmu sosial tidak sekedar memahami ketidakadilan dalam distribusi kekuasaan dan sumber daya melainkan berupaya untuk membantu menciptakan kesamaan dan emansipasi dalam kehidupan.
  2. Pendekatan teori kritis memiliki keterikatan moral untuk mengkritik siatus quo dan membangun masyarakat yang lebih adil.

Teori kritis, mencoba membongkar kepentingan atau ideologi yang berdiri dibalik fenomena sosial, karena teori ini tidak sekedar melakukan observasi melainkan memberikan kritik terhadap fenomena sosial. Teori kritis meyakini pentingnya konstruksi kultur dan cara-cara praktik sosial dalam menentukan, menghilangkan, membangun suatu kultur. Bahasa juga dianggap menempati posisi penting dalam mempengaruhi pengalaman karena menjadi fokus penelitian komunikasi. Teori kritis menekankan nilai-nilai dari suatu peristiwa dan tidak cocok untuk membuat pernyataan-pernyataan ilmiah mengenai hukum-hukum yang mengontrol kehidupan manusia.

Strukturalis fungsionalisme
Teori strukturalisme fungsionalisme memiliki sejumlah karakteristif yang harus dikenali yaitu
  1. Keniscayaan sinkroni dalam realitas, maksudnya realitas dianggap stabil tidak berubah.
  2. Tidak mempercayai peran subjektifitas dan kesadaran dalam realitas, karena memfokuskan diri pada pencarian faktor-faktor diluar subjek dan kesadaran.
  3.  Realitas dipercayai terpisah dan mandiri, serta dapat ditemukan kebenarannya melalui observasi, mengukur, dan menghubungkan temuan melalui hukum kausal. 
  4. Memisahkan bahasa dan simbol dari pemikiran dan dari objek yang disimbolisasikan. Bahasa adalah alat pemikiran bukan pemikirannya sendiri, bahasa sebagai alat harus cocok menggambarkan realitas apa adanya.

Teori struktural fungsional dapat menjelaskan kategori umum dan hubungan diantara variabel dalam sistem sosial. Teori ini memiliki kelemahan dalam menampilkan kekhasan peristiwa individual dan pengalaman khusus manusia.

Interaksionisme
Teori interaksionis yang merupakan turunan dari perspektif interpretif dan konstruktivisme, memandang kehidupan sosial sebagai suatu proses interaksi.
  1. Kesaling hubungan merupakan basis dari kenyataan sosial, semua aspek kehidupan dianggap didasari oleh interaksi
  2. Interaksionisme berbeda terbalik dengan strukturalisme.
  3. Bila strukturalisme menganggap bahwa struktur sebagai inti dan interaksi sebagai turunannya, maka interaksionisme memiliki paham yang sebaliknya.

Teori interaksionis dirancang untuk membuka proses sosial dan menunjukkan bagaimana perilaku dipengaruhi oleh norma dan aturan kelompok, kekuatan teori ini terletak pada penjelasan ihwal dinamika dan hubungan interpersonal serta pengungkapan cara-cara perubahan individu atau kelompok dari satu situasi ke situasi lain.

Kelemahannya terletak pada ketidak mampuan menemukan struktur kehidupan manusia yang tetap ada pada seluruh situasi. Teori interpretif kuat dalam menampilkan makna-makna ekspresif individual teks dan struktur sosial.